Dimana? Sekolah macam apa? Bagaimana gedung dan
fasilitasnya? Siapa kepala Sekolahnya? Bagaimana guru-guru dan siswanya?
Sebagian
respon yang muncul begitu dengar “SMK Kencana Sakti Haumeni”.
SMK Kencana Sakti Haumeni, sebuah SMK Keperawatan
yang baru. Yap….baru didirikan, jadi otomatis masih baru digedung, di
guru-gurunya, di para siswanya, proses pembelajarannya. Singkatnya, segala
sesuatu yang berkaitan dengan Sekolah ini masih baru. Benar-benar baru. Karena
masih baru (belum sampai 1 semester), otomatis Sekolah keperawatan ini belum
terlalu hmmm katakan saja belum dikenal banyak orang. Yang kenal Sekolah ini
cuma orang-orang yang ada di sekitar lokasi Sekolah di Oenali, cabang menuju
sebuah bukit yang disebut “ Bukit Cinta” (Muncul pertanyaan dibenak juga kenapa
disebut Bukit cinta? Apa karena kebanyakan orang suka menghabiskan waktu
pacaran mereka di tempat ini? Atau mungkin saja seseorang bisa menemukan
cintanya disini? hehehe) well…let’s
forget the “ Bukit Cinta” and back to the conversation focus! Selain hanya
dikenal orang-orang yang ada di sekitar lokasi sekolah, Sekolah ini juga baru
dikenal mereka yang punya hubungan langsung dengan sekolah ini ( guru, siswa,
atau mereka yang punya hubungan dengan guru dan siswa).

Opss! Let’s jump to this one!Bagaimana rasanya mengajar disekolah
seperti ini?
Honestly…..Pertama kali mengajar di Sekolah
ini rasanya benar-benar strange. Rasanya ingin menyerah dengan kondisi siswa,
dalam hal ini daya tangkap mereka yang lamban, learning style mereka yang masih ala-ala anak SMP. Mereka tidak bisa
di force dengan materi yang padat atau
monoton juga pemberian tugas yang menumpuk. Coba saja memberi mereka tugas,
dijamin tugas itu tidak akan dikerjakan bahkan ketika mereka diberi tambahan
waktu batas pengumpulan tugas.
Kini, hampir 1 semester mengajar di
Sekolah ini, perlahan mulai tahu learning style, motivasi, dan perkembangan
belajar para siswa. Berragam sudah pasti. Ada siswa yang daya tangakapnya
cepat. Ada juga siswa yang daya tangkapnya lamban. Ada siswa yang punya motivasi
tinggi dalam belajar. Ada siswa yang mood-moodan dalam belajar. Ada siswa siswa
yang bisa dikatakan tidak mengalami
proses belajar itu sendiri ( sepertinya sama dari awal masuk hingga hampir 1
semester tidak ada perubahan). Siswa dengan daya tangkap yang cepat dan
motivasi belajar yang tinggi sudah pasti mudah diajar, mudah memahami
pelajaran. Sebaliknya siswa dengan daya tangkap yang lamban dan low motivation,
mereka butuh waktu dan penjelasan yang berulang-ulang agar pelajaran yang diajarkan
bisa diserap. Double hard working
buat guru. Apalagi rata-rata siswa berasal dari rural area. Terkadang mereka
masih sulit memahami penjelasan yang bertele-tele.
Sungguhkah mereka (para siswa) ini tidak ada
perubahan? Not really…. Mereka
berubah. The interesting thing is….perubahan
itu ada di sifat mereka. Dulunya mereka itu ada yang pemalu, takut begitu berpapasan dengan guru,
bahkan masih tergambar dengan jelas wajah mereka waktu pertama kali masuk dan mengajar.
Wajah mereka itu wajah-wajah penuh ketegangan. Wajah-wajah yang seperti memikul
berton-ton kuk. Berbeda dengan sekarang. Mereka bercanda dengan guru, bahkan
ada yang menjadikan guru diari berjalan mereka (toeng….jadi ingat waktu kuliah.
Bandel plus bawel di depan beberapa dosen, tapi giliran mau curhat larinya
selain ke close buddies pasti larinya
ke dosen-dosen ini. Hahaha jadi malu dan ketawa sendiri yah ingat waktu masih
kuliah). Nah….siswa-siswa ini gamabaran
diri waktu masih kuliah. Hahaha ketawa lagi yah….
Finally, Sekarang mulai terbiasa dengan
motivasi dan learning style, juga
sikap mereka, para siswa. Jadi tahu How
to treat them? How to educate them? The simple one way…. just put yourself as
their friend, as their older sister/brother, as their moving diary. Ketika
menempatkan diri jadi sahabat atau saudara, bahkan teman curhat mereka, bukan
berarti bahwa seorang pengajar itu kehilangan wibawanya di depan para siswa. Sebenarnya, disitulah letak wibawa seorang
pengajar. Mereka akan bercanda denganmu,namun disaat kamu menjadi serius mereka juga akan serius. Mereka serius namun
bukan serius karena rasa tertekan. They
will be serious because they respect you.
Susah sih…,tapi cobalah! Kenal mereka
saja. Pasalnya, jadi guru itu bukan pekerjaan yang mudah yah. Jadi ingat lagi
waktu curhat dengan salah satu dosen yang selalu tidak bisa kupanggil “Pak”
(jujur yah hahaha). Katanya….”Siapa bilang jadi pengajar/guru/dosen itu enak?,
yah sudah….kuliah saja lagi kalau tidak mau jadi guru!”. Simple
statements, tapi ledakannya (cieh…bom kale…) menyentuh bagian terdalam hati
nurani bila benar-benar direnungkan. Yap….intinya disini, jadi
guru/dosen/pengajar kau harus punya “Renjana” (Passion). Kau harus sabar juga. Tahu kan…setiap siswa punya
karakter yang berbeda. Mungkin saat ini selain mengenal para siswa, Passion + Patience are the ways to make all
of your students are in your hands.